Pengertian Rasio Solvabilitas
Solvabilitas suatu
perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya
perusahaan dilikuidasi.
Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai
aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu
pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk
membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.
Syafri (2008:303) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/
kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.
Jenis-jenis Rasio Solvabilitas
Rasio
solvabilitas antara lain :
1. Rasio hutang modal / Debt to Equity Ratio
Rasio hutang
modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh
mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage.
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur
permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang
terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham
(Wahyono, 2002:12).
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan
antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang
berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari
mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan
lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara
total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan
modal yang ada.
Rasio hutang modal dihitung dengan formula:
debt to equity ratio=total hutang / modal (equity) |
Rasio Hutang Modal
|
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka semakin baik
dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari
jumlah hutang atau minimal sama.
2. Total Asets to Total Debt Ratio/ Debt Ratio
Rasio ini
merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio
ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir
(2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara
kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
|
Debt Ratio=total hutang / total aktiva
|
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak
berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang
semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk
mengembalikan pinjaman semakin tinggi.
Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki
perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan
mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
3. Times Interest Earned
Time
interest earned merupakan perbandinganantara laba bersih sebelum bunga dan
pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan
keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang.
Sawir (2008:14) mengatakan bahwa: Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan
(coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan
dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun
tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.
Time Interest Earned dapat dihitung dengan rumus:
|
Time Interest Earned=laba bersih sebelum bunga dan pajak / beban bunga
|
Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan
seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Dengan
demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan
sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.
Pengertian Rasio Profitabilitas
Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang
tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.
Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap
penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya (Syafri, 2008:304).
Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Rasio yang
termasuk rasio profitabilitas antara lain:
1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gross profit
margin merupakan
rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir,
2009:18).
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan
sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi
perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif
lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin
rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin,
2009:61).
Gross profit margin dihitung dengan formula:
|
Gross Profit Margin= penjualan - harga pokok penjualan / pernjualan
|
2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Rasio ini
mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit
margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Net profit margin dihitung dengan rumus:
|
Net Profit Margin= Laba bersih setelah pajak / penjualan
|
3. Rentabilitas Ekonomi/ daya laba besar/ basic
earning power
Rentabilitas
ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset. Jadi
rentabilitas ekonomi mengindikasikan seberapa besar kemampuan asset yang
dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan atau dengan
kata lain Rentabilitas Ekonomi menunjukkan kemampuan total aset dalam
menghasilkan laba.
Rentabilitas ekonomi mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh
sumberdaya yang menunjukkan rentabilitas ekonomi perusahaan (Sawir, 2009:19).
Rentabilitas Ekonomi dihitung dengan rumus:
|
Rentabilitas Ekonomi= laba bersih sebelum pajak / total aktiva
|
Rentabilitas ekonomi dapat ditentukan dengan mengalikan operating profit margin
dengan asset turnover. Rendahnya Rentabilitas Ekonomi tergantung dari (Sawir,
2009:19):
- Asset
Turnover
- Operating
Provit Margin
Operating
profit margin merupakan
perbandingan antara laba usaha dan penjualan. Operating profit margin
merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang
diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan (Syamsuddin,
2009:61).
Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah
tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan
mengabaikan kewajiban- kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban
terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila semakin tinggi operatig
profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan.
Operating profit margin dihitung sebagai berikut:
|
Operating Profit Margin= laba bersih sebelum pajak / penjualan
|
4. Return on Investment
Return on
investment merupakan
perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on
investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva
yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on
investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih
diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).
Return on Investment dihitung dengan rumus:
|
Return on Investment= laba bersih setelah pajak / total aktiva
|
Atau dapat juga dihitung dengan: ROI = Net profit margin x Assets turn
over
5. Return on Equity
Return on
equity merupakan
perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return
on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia
bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham
preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri,
2008:305).
Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur
tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri
atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan
rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.
Return on equity dapat dihitung dengan formula:
|
Return on Equity= laba bersih setelah pajak / ekuitas
|
6. Earning per share (EPS)
Earning per
share adalah
rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham dalam
menghasilkan laba (Syafri, 2008:306).
Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang
diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66). Oleh karena
itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang
saham sangat tertarik akan earning per share. Earning per share
adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan.
Earning per share dihitung dengan rumus:
|
Earning per share= laba bersih setelah pajak - deviden saham preferen / jumlah saham biasa yang beredar
|
RASIO PASAR
Pada umumnya rasio keungan terdiri dari rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas, dan
rasio profitibilitas. Namun rasio keuangan yang akan digunakan untuk mengetahui
perkembangan kinerja keuangan PT Kedawung Setia Industrial Tbk ini adalah rasio
pasar.
Rasio ini merupakan indicator untuk mengukur mahal
murahnya suatu saham, ukuran prestasi perusahaan yang dipaling lengkap bagi
para pemegang saham, serta dapat membantu investor dalam mencari saham yang
memiliki potensi keuntungan dividen yang bessar sebelum melakukan penaman modal
berupa saham. Namun rasio pasar tidak mempunyai ukuran yang menunjukan tingkat
efesiensi rasio serta tidak dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan
secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan harga saham maupun jika
dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan.
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang
nghubungkan harga saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini
memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja
perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75).
Rasio ini memberikan informasi seberapa besar
masyarakat (investor) atau para pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga
mereka mau membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi disbanding
dengan nilai buku saham (Sutrisno, 2003:256).
Menurut Hanafi (2004:43). Rasio pasar
mengukur harga pasar saham perusahaan, relative terhadap nilai bukunya. Sudut
pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang investor ataupun
calon investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan rasio ini. Rasio
modal saham atau rasio pasar terdiri dari:
1. Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Menurut Alwi (2003:77), Earning Per Share
(EPS) biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon
pemegang saham dan manajmeen. EPS menunjukan jumlah uang yang dihasilkan
(return) dari seti lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar
keuntungan yang diterima pemegang saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham
suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh deviden atau capital gain.
Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan harga
saham di masa mendatang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik
dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS hanya dihitung untuk saham biasa
(Prastowo, 2005:93).
EPS=
|
Laba
Bersih - deviden saham istemewa /
|
Rata-rata
tertimbang jumlah lembar saham biasa yang beredar
|
2. Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio)
Menurut Moeljadi (2006:75), Price Earning Ratio
(PER) menunjukan berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah
dari laba yang dilaporkan.
Oleh para investor rasio ini digunakan untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilakan laba di masa yang akan
datang. Kesedian para investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung
pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang
tingi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah pula (Prastowo
2005:96)
PER=
|
Harga
pasar per lembar saham /
|
X
|
1 Kali
|
Pendapatan
per lembar saham
|
|
|
|
|
3. Rasio Pasar Per Buku (Market To Book Value Ratio)
Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan
dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin
tinggi rasio ini, semakin besar tambahan wealth (kekayaan) yang dinikmati oleh
pemilik perusahaan (Husnan, 2006:76)
Menurut prastowo (2005:99),jika harga pasar berada di
bawah nilai bukunya, investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial.
Bila seorang investor pesimistik atau prospek suatu saham, banyak saham dijual
pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya jika investor optimistic maka
saham dijual dengan harga di atas nilai bukunya.
MBV =
|
Harga
pasar per saham /
|
X
|
1 Kali
|
Nilai buku
per saham
|
Book value per share (nilai buku
per saham) dihitung dengan membagi ekuitas saham biasa dengan jumlah saham yang
berdedar (Moeljadi, 2006:75)
4. Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio)
Dividend Yield adalah
dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang (Jones, 2004:41). Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan
salah satu komponen dari total return (Total Return = Yield + Price Change).
Dividen yield merupakan
sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya
perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend
yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan
kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai
harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend
yield untuk perusahaan macam ini akan cenderung lebih rendah (Hanafi,
2004:43)
DY =
|
Dividen
per lembar saham /
|
X
|
100%
|
Harga per
lembar saham
|
5. Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan
sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan
diinvestasikan kembali ke perusahaan (Hanafi, 2004:44)
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang
tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya
perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai raio yang tinggi.
Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Menurut Alwi
(2003:78), semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan
pendapatan perusahaan.
DPR=
|
Dividen
per lembar saham /
|
X
|
100%
|
Pendapatan
per lembar saham
|